Agenda Aerobatik HUT ke-66 TNI-AU

Sudah lama masyarakat menunggu unjuk kebolehan penerbang-penerbang militer TNI-AU di angkasa. Kerinduan itu akan sedikit terobati nanti, saat hari puncak peringatan ulang tahun ke-66 TNI-AU, di Pangkalan Udara Utama Halim Perdanakusuma, Jakarta, pada 9 April nanti.

Aerobatik HUT ke 66 TNI AU
Aerobatik HUT ke 66 TNI AU

Nantikan gemuruh dan getaran yang terasa dari mesin-mesin jet tempur kita serta mesin-mesin turboprop! Nantikan atraksi manuver militer berbasis latihan ketat dan keras dari putera-putera bangsa kita di udara.

Menurut lembar rencana kerja panitia pelaksana hari penting TNI-AU, yang diperoleh, Kamis, 64 pesawat terbang dari berbagai jenis dan tipe akan diturunkan untuk mendukung rangkaian upacara dan demonstrasi udara statik dan dinamis.

Selesai upacara resmi –Kepala Staf TNI-AU, Marsekal TNI Imam Sufaat, menjadi inspektur upacara– 2.500 personel dari berbagai satuan dan korps akan berdefile. Mereka terbagi ke dalam dua brigade upacara dan tujuh batalion upacara.

Dilanjutkan dengan peragaan dari 321 anggota Korps Pasukan Khas TNI-AU dalam bela diri tae kwon-do. Sebagai “pasukan pendarat”-nya TNI-AU, pertempuran jarak dekat bisa saja mereka alami melawan musuh, wajar jika kemampuan bela diri tangan kosong harus dikuasai.

Sementara mereka berlaga, 66 peterjun tempur dari Korps Baret Jingga itu sudah berada di dalam lambung C-130 Hercules di udara. Mereka terjun bebas memakai payung berkualifikasi khusus, membentuk formasi, dan mendarat satu demi satu. Beberapa di antara mereka akan membentangkan bendera-bendera raksasa lambang berbagai komando utama TNI-AU dan Swa Bhuwana Paksa, lambang TNI-AU.

Di sisi lain Terminal Haji –bagian di Halim Perdanakusuma yang akan menjadi area persiapan pesawat terbang– beberapa pesawat Cessna Akademi TNI-AU dan pesawat-pesawat ringan Federasi Aero Sport Indonesia lepas landas menarik banner-banner terkait TNI-AU.

Itu baru awal dari rangkaian demonstrasi udara dalam peringatan HUT Ke-66 TNI-AU itu. Berlanjut dengan terbang lintas (fly pass) tiga Boeing B-737-200/400 Surveillance dari Skuadron Udara 5, 2 pesawat F-5E/F Tiger II dari Skuadron Udara 14, dan dua F-16A/B Blok 15 Skuadron Udara 3. Mereka akan datang dari udara, dari arah depan panggung utama dalam ketinggian rendah.

Dulu, pernah ada Jupiter Blue, satu tim aerobatik terdiri dari para instruktur penerbang TNI-AU. Beberapa di antara senior Jupiter (call sign instruktur penerbang) menjadi petinggi TNI-AU, di antaranya Marsekal Muda TNI (Purnawirawan) Pieter Wattimena, Marsekal Muda TNI (Purnawirawan) Zaky Ambadar, dan almarhum Marsekal Muda TNI (Purnawirawan) FX Djoko Purwoko.

Jauh sebelum era mereka pada ’70-an dan ’80-an, senior mereka, Commodore Leo Wattimena menunggangi P-51D Mustang begitu lindah dan nekad. Dia pada awal ’60-an itu berani melanggar aturan keselamatan terbang oleh atasannya, terbang di bawah Jembatan Musi di Palembang! Semata untuk mengetahui batas kemampuan Mustang dan resep menguasainya.

“Leo memang tidak suka diam, selalu mencari tantangan,” begitu kata teman seangkatannya di TALOA, almarhum Marsekal TNI (Purnawirawan) Ashadi Tjahjadi, yang kemudian menjadi kepala staf TNI-AU.

Nanti akan ada lagi unjuk kemampuan aerobatik itu –sama-sama memakai pesawat turboprop– oleh para Jupiter. Nama kelompok itu Jupiter Aerobatic Team, memakai KT-1 B Wong Bee buatan Korea Selatan. Kelir Merah-Putih dalam pola semburat panah di Wong Bee itu dirancang Djoko Purwoko, bisa dikatakan ini sumbangsih terakhir dia kepada almamaternya, TNI-AU.

Diamond, Cuban Eight, Arrow Head, Bomb Burst, dan beberapa yang lain akan menjadi menu pokok enam Wong Bee itu. Di darat, narator yang juga seorang Jupiter, akan membacakan urutan manuver serta makna dan aspek teknis lain kepada hadirin.

Karena dikatakan bahwa manuver udara yang diperagakan adalah manuver operasi militer, maka akan ada pula pengeboman ketinggian rendah oleh satu F-5E/F Tiger II dan dua Hawk 109/209 dari Skuadron Udara 12. Dilanjutkan terbang intai strategis dalam ketinggian yang bisa diikuti mata dari satu CN-235 MPA Skuadron Udara 4 dan dua C-212 Aviocar Skuadron Udara 2.

Dalam penerbangan militer, teknik eject dari wahana terbang adalah satu hal yang juga harus dikuasai penerbang. Itu diperagakan nanti oleh penerbang dari Skuadron Udara 4 memakai satu CN-235. Juga teknik rappeling anggota Korps Baret Jingga dari dalam tiga helikopter NAS-332/330 untuk operasi SAR tempur.

Yang lebih menegangkan adalah aplikasi taktik serangan udara langsung ke darat oleh empat F-16A/B Fighting Falcon. Para Dragon (call sign penerbangnya) dari Skuadron Udara 3 akan menunjukkan bagaimana pesawat tempur memusnahkan sasaran di darat. Kecepatan, ketepatan, dan rancangan serbuan dengan berbagai varian harus dilakukan dalam waktu yang rapat oleh Dragons itu.

Jangan lewatkan juga atraksi khusus dari Sukhoi Su-27/30 Flanker dari Skuadron Udara 11. Pesawat tempur generasi keempat itu memang belum sempurna sistem kesenjataannya, namun dalam waktu tidak lama lagi akan bisa menciutkan nyali pihak-pihak yang ingin mengail kesempatan di wilayah udara Tanah Air.

Dua Su-27 dan satu Su-30 MKI akan melakukan pengisian ulang bahan bakar di udara. Mereka akan “menyusu” dari tanker udara, C-130 Hercules yang sejak awal keluar dari pabrik telah didedikasikan menjadi pesawat tanker. Dua selang dan boom khusus akan dijulurkan, masing-masing dari sayap kiri dan kanan.

Kedua boom itu akan menempel dengan nozzle dari sisi kiri para Sukhoi yang mampu terbang tanpa mengeluarkan air brake di punggungnya, dalam kecepatan cuma 120 knot perjam (sekitar 240 kilometer perjam) tanpa kehilangan daya angkat alias stall. Ini kemampuan yang istimewa untuk pesawat tempur sekelas Flanker dan berguna sekali dalam manuver tempur tertentu.

Pilot-pilotnya yang ber-call sign Thunder harus benar-benar menguasai kekuatan dua mesin dan struktur pesawat tempur itu agar misi bisa dilakukan secara sempurna.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *